BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Setiap
tahun carsinoma larinx menjangkiti lebih dari 100 orang laki-laki dan 50 orang perempuan di Amerika Serikat, dan sebagai
besar pasien tersebut meninggal dunia.
Dalam waktu satu tahun setelah diagnosis di tegakkan sehingga penyakit carcinoma larinx menjadi penyebab utama kematian
akibat kangker. Insiden puncak kanker terjadi antara usia 55 tahun dan
65 tahun.
Insiden terus
meningkat sehingga angka kematian penyakit larinx di sesuaikan menurut usia akan
berlipat ganda setiap 15 tahun. Namun upaya anti merokok yang dimulai sejak 10 sampai 20 tahun yang lalu dimulai di Amerika
Serikat akhirnnya mulai memperlihatkan
hasil dengan terlihatkan angka insiden kanker larinx. Sebenarnya kalau cepat
di tangani kanker ini akan dapat dikurangi dan di cegah.
Berdasarkan uraian diatas, menunjukan bahwa eratnya
perokok berat dengan insiden kanker
larinx. Hal ini membuat penulis tertarik untuk membuat laporan khusus dengan
melaksanakan keperawatan kepada pasien penyakit kanker larinx.
Kasus
kanker ini penulis temui dirumah sakit umim Pusat Haji Adam Malik Medan dengan
riwayat perokok berat, peminum alcohol dan paparan sinar radio aktif.
1.2.
Ruang lingkup
Dalam
penulis karya ilmiah ini membahas permasalahan hannya pada asuhan keperawatan
gangguan system pernafasan kanker larinx.
1.3. Tujuan
penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan
tentang makalah ini adalah:
a. Tujuan
umum
Untuk
mengetahui gambaran secara umum tentang kanker larinx, apa penyebab, bagai mana
cara penaggulangannya, atau proses keperawatan pada penderita kanker larinx
b. Tujuan
khusus
-
Dapat melaksanakan penngkajian pada pasien kanker larynx
-
Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien
kanker larinx berdasarkan data yang diperoleh
-
Dapat membuat perencanaan Asuhan Keperawatan pada
pasien gangguan system pernapasan kanker larynx
-
Dapat melakukan tindakan asuhan keperawatan berdasarkan
perencanana yang telah dibuat pada pasien dengan gangguan system pernapasan
kanker larynx
-
Dapat mengevaluasi asuhan keprawatang yang telah
dilakukan pada pasien gangguan system pernapasan kanker larinx
1.4 Manfaat
penulisan
Adapun
manfaat penulisan dari karya tulis ilmiah ini adalah:
1.
Untuk mahasiswa/i
-
Menambah ilmu pengetahuan dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap pasien dengan gangguan system pernafasan kanker larynx
-
Agar dapat menerapkan langsung asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan dengan system pernafasan kanker larinx
2. Untuk
rumah sakit
-
Agar dapat memberikan saran dan informasi dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan system
pernafasan kanker larynx
3. Untuk
instalasi pendidikan
-
Agar dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian yang
lebih lanjut
-
Agar dapat dijadikan sebagai bahan timbal balik
terhadap penerapan tentang proses perawatan tentang teori yang didapat oleh
mahasiswa sehingga berguna untuk mahasiswa sehingga berguna untuk meningkatkan
mutu pendidikan keperawatan
1.5
Metode penulisan
Dalam penulis
karya penulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu susunan
metode ilmiah yang menggambarkan keadaan yang terjadi atau yang di jumpai pada
saat pengumpulan data, meliputi:
a. Study
keputusan
Data yang didapat dari buku-buku yang
berhubungan dengan kanker larinx.
b. Study
dokumentasi
Merupakan suatu cara untuk mempelajari
semua catatan atau data yang di peroleh baik data penunjang, data fisik,
catatan perawat dan kesehatan
c.
Wawancara
Yaitu tehnik pengumpulan data dan melakukan tanya jawab dengan pasien dan
keluarga
d. Pemeriksaan
fisik
Melakukan
pemeriksaan pada pasien untuk menentukan masalah kesehatan dengan mengukur
tanda vital
e. Observasi
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung
1.6 Sistematika
penulisan
Penulisan kasus ini disusun secara sistematis yang terdiri dari :
BAB I :
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Ruang lingkup
1.3 Tujuan penulisan
1.4 Manfaat
penulisan
1.5 Metode
penulisan
1.6 Sistematika
penulisan
BAB II :
Landasan Teoritis
2.1
Landasan Teoritis Medis
2.1.1
Pengertian/defenisi
2.1.2
Etiologi
2.1.3 Anatomi dan fisiologi
2.1.4 Manifestasi klinik
2.1.5 Komplikasi
2.1.6 Pemeriksaan diagnostic
2.1.7 Penatalaksanaan medis
2.2 Landasan
Teoritis
2.2.1 Pengkajian
2.2.2 Diagnosis
2.2.3
Perencanaan
2.2.4
Pelaksanaan
2.2.5 Evaluasi
BAB III : Tinjauan kasus
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosis keperawatan
3.3 Perencanaan
3.4 Pelaksanaan
3.5 Evaluasi
BAB IV : Pembahasan
BAB V
: Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1. Landasan
Teoritis Medis
2.1.1 Defenisi
Laring adalah
organ suara yang terletak dibawah dan depan pharynx, serta ujung procsimal
trachea.
Carcinoma adalah
pertumbuhan ganas yang berasal dari sel epitel atau pertumbuhan jaringan yang
abnormal
(Kamus Keperawatan Edisi 17 Sre
Itichlitt)
Ca. laring
adalah adanya pertumbuhan ganas dijaringan epitel yang menggangu jaringan suara
yang terletak diantara larynx atau di ujung prixsimal trachea.
(Kamus Kedokteran . Dr. Heidra T.
Kaksman)
Tracheostomy
adalah fenetrasi (pembuatan lubang ) pada dinding anterior trachea dengan
mengangkat kartilago dari cincin traghea katiga dan keempat sehingga terbentuk saluran nafas yang aman dengan bantuan
pipe trakeostomi
(Kamus Keparawatan, Edisi 17 Sre
Itichlitt hal 440)
Ca.
laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah tumor ganas dibidang THT dan lebih bannyak terjadi pada
pria berusia 50-70 tahun. Yang sering adalah jenis karsinoma sel skuamosa.
(Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3.
Hal : 136)
2.1.2 Etiologi
a. Belum
diketahui pasti
b. Faktor
predisposisi merokok, alcohol, dan paparan sinar radio aktif (Kapita Selelcta Kedokteran, Edisi
3, Jilid 1, hal : 136)
c. Seseorang
yang mengalami kanker dikepala dan dileher sering kali adalah seseorang yang
menggunakan alcohol dan tembakau sebelum pembedahan.
(
Buku Ajar. Keperawatan Medikal Bedah. Vol
2 hal. 1015)
2.1.3.
Anatomi dan fisiologi
2.1.4 Manifestasi Klinis
Suara pare diderita cukup lama, tidak hilang
timbul makin lama makin berat, kadang terdapat hemoptisis, sulit bernafas
akibat tertutupnya jalan nafas oleh tumor, batuk dengan riah bercampur darah
dan penurunan berat badan.
Dan pemeriksaan fisik tidak ada gejala yang
khas pada stadium dini, tetapi penjalaran ke kelenjer limfa leher aliran
memperlihatkan perubahan kultur leher dan hilangnya krepitas tulang-tulang
rawan larynx, dengan laringoskop langsung atau tidak langsung dapat dilihat
pada lokasi tumot, penyebaran dan dilakukan biopsy.
2.1.5 Komplikasi
Dan factor predisposisi, merokok, minum
alcohol dan radioaktif bukan hanya menyebabkan ca. larynx, tapi dapat juga
menyebabkan yaitu: kanker pada organ lain, seperti mulut, esophagus, dan bias
sampai ke paru-paru.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan foto
thorax untuk menilai keadaan pare, adanya proses spesifik, metastasik, foto
jaringan untuk leher dan latral dan tomografi computer untuk menilai keadaan
tumor. Pemeriksaan patologi untuk diagnosis pasti langsung atau biopsy jarum
halus kelenjar limfe leher.
2.1.7 Penata Laksanaan Medis
Sasaran
penatalaksanaan medis adalah untuk memberikan kesembuhan jika memungkinkan,
basil pemeriksaan akan menentukan diagnostic dan setadium donor berdasarkan
union Internasional. Cantrele cancer (UICC) untuk menentukan tindakan
penanggulangan. Stadium I dikirim untuk radiasi, stadium 2 dan 3 untuk di
oprasi. Dan stadium Min 4 operasi dengan rekontrakai Man to armai Ratak jenis
pembedasn adalah bringektomi toffs ann parsial, clisertai direksi leher radical
bile terdapat jalan ke kelenjer limfe leher. Poombian sitostasika belum
memuaskan karena mahal dan tidal( dapat di selesaikan karena badman
memburuk.
(Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, jilid I hal: 127)
2.2.
Tinjauan
Teoritis Keperawatan
Proses keperawatan adalah penerapan
metode ilmiah kepada masalah-masalah keperawatan pasien melaksanakan dan
merencanakan pelayanan keperawatan secara sistematis yang dilakukan adalah:
pengumpulan data, pengelompokan data, dan perumusan dengan masalah keperawatan
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenai masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
(Nasrul Effendi 1945, Proses Asuhan
Keperawatan, EGC Jakarta).
Adapun yang perlu diperhatikan
dalam pengkajian adalah :
1. Integritas ego
Gejala : Perasaan
takut akan kehilangan suara, mati dan terjadinya berulanganya kanker
Tanda : Ansietas,
defresimarah dan menolak, menyangkal
2. Makanan/cairan
Gejala :
Kesulitan menolak
Tanda : Kesulita
menelan, mudah tersedak, bengkak luka, masa terdapat tergantung pada lokasi
kanker. Inflamasi/ srainase oral, halitosis, pembekakan lidah, gangguan reflex
dan paralise wajah
3. Hiegine
Gejala : Kemunduran
kebersihan gigi, kebutuhan bantuan bentuk perawatan dasar
4. Nyeri /kenyamanan
Gejala : Sakit
tenggorokan kronis, berjalan pada tenggorokan, penyebaran. Nyeri ke telinga,
wajah (tahap akhir mungkin metastase) Nyeri dengan rasa terbakar tenggorokan
dengan pembengkakan (khusunsnya dengan cairan panas atau jus stem) nyeri local
pada orofaring.
Pasca operasi : Sakit tenggorokan /mulut (nyeri
biasannya tak
dilaporkan kecuali
nyeri yang berat menyertai pembedahan kepala dan leher dibandingkan sebelum
nyeri pembedahan)
Tanda :
Perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri
wajah, gangguan tonus otot
5. Pernafasan
Gejala : Riwayat menolak, mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu/serbuk
kayu, kimia toksis/serbuk logam berat, riwayat penggunaan berlebihan suara,
contoh Penyakit professional atau juru lelang
Riwayat penyakit paru kronis, batuk dengan
tanpa sputum, drinase darah pada nasal
Tanda : Sputum dengan darah, hemotisis, dispnea (lanjut)
6. Keamanan
Gejala : Terpajan sinar matahari
secara berlebihan, salama priode bertahun-tahun atau radiasi. Perubahan
PENGELIHATAN DAN PENDENGARAN
Tanda :
Masa pembesaran modul.
7. Interaksi Sosial
Gejala : Kurang dukungan system
keluarga (mungkin malibatkan kelompok umur atau prilaku, missal alkoholisme)
Masalah tentang kemampuan berkomunikasi bergabung
dalam interaksi social
Tanda : Suara parau menetap, perubahan tinggi suara bicara kacau, enggan
untuk bicar. Menolak orang lain untuk emberikan
perawatan, terlihat dalam rehabilitasi
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Lesi di mulut tak sembuh
Penggunaan
alkohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol
Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan
submandibula parau Menetap atau kehilangan suara gejala dominan dan dini kanker
larynx instrinsik) kesulitan menelan, ketulian konduksi, kerusakan memberane
mukosa.
2.2.2 Dianosa Keperawatan
Diagnose keperawatan
merupakan pernyataan/kesimpulan yang diambil dan pengkajian tentang situasi
kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan secara teoritis
diagnose ke perawatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan dengan
cara teoritis diagnose keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien penyakit
Ca. larinx.
1. Bersihkan jalan nafas tak efektif berhubungan
dengan pengangkatan sedagian/seluruh glottis, gangguan kemampuan untuk bemafas.
Batuk dan menelan. Perubahan sementara atau permanen pernafasan leher (
tergantung kepada kepatenan stoma)
2. Komunikasi, kerusakan verbal berhubugan
dengan deficit anatomi ( pengangkatan batang suara) hambatan fisik ( selang
makeastomi) membutuhkan istirahat bersuara.
3. Integritas kulit/ jaringan/kerusakan
berhubungan dengan bedah pengangkatan/ penanaman jaringan, radiasi atau agen
kemotrapi gangguan sirkulasi / suplai darah
4. Menambah mukosa oral perubahan berhubungan
dengan dehidrasi tak adannya masukan oral. Keberhasilan oral buruk / tidakan
adekuat kondisi patologi ( kanker oral), trauma mekanik ( badah oral)
5. Nyeri, akut berhubungan dengan insisibedah,
pembengkakan jaringan, adanya selang nasogastik/orogastik.
6. Nutrisi perubahan, kurang dan kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan jenis masukan makanan sementara atau permanent.
Gangguan mekanisme umpan balik keinginan makan, rasa dan bau karena perubahan
pembedahan struktur, radiasi atau kemotrapi.
7. Citra diri, gangguan pada kinerja peran,
perubahan berhubungan dengan kehilangan suara, perubahan anatomi wajah dan
leher ( kerusakan dan gangguan fungsi berat) adannya penyakit kronis.
8. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar)
mengenai kondisi dan kesehatan mengenai tindakan dan kondisi berhubungan dengan
( kurang informasi) kesalahan interprestasi informasi, kurang mengingat,
asmilasi materi yang diberikan buruk, kurang tertarik pada belajar.
2.2.3. Perencanaan
Perencanaan adalah catatan yang ada tentang intervensi rencana asuhan keperawatan. Perencanaan menurut mayer adalah pengkajian yang sistematis dan identivikasi masalah penentuan tujuan dan pelaksanaan serta cara/strategi.
Perencanaan adalah catatan yang ada tentang intervensi rencana asuhan keperawatan. Perencanaan menurut mayer adalah pengkajian yang sistematis dan identivikasi masalah penentuan tujuan dan pelaksanaan serta cara/strategi.
(Nasrul Effendi 1995, Proses Askep Penerbit
Buku Kedokteran, EGC).
1.
Diagnosa I : Bersihkan jalan nafas
efektif berhubungan dengan pengangkatan atau sebagian glottis ditanndai dengan kesulitan
bernafas dan bunyi nafas tidak normal.
Tujuan :
Menunjukkan potensi jalan nafas dengan
keterbatasan bemafas
KH : Bunyi nafas
bersih/jelas
Intervensi : -
Awasi frekuensi/kedalaman pernafasan, catat kemudahan bernafas, aeskultasi
bunyi nafas, selidi kegelisahan dan kesulitan bernafas ( dispnea)
-
Tinggikan
kepala 30-45 derajat
-
Dorong
menelan, bila pasien mampu, dorong batuk efektif dan nafas dalam
-
Hisap
selang laringektomi/trakeostomi, oral dan rongga nafas, catat jumlah warna dan
konsisten secret
-
Ganti
selang/ kanul dan sesuaikan indiksi. Intruksikan pasien dalam prosedur
pembersihan.
Rasional : - Perubahan
pada pernafasan, penggunaan otot aksesoris pernafasan dan adanya ronki/mengi
diduga dan retensi secret
-
Memudahkan
drainase secret, kerja pernafasan dan ekspansi paru
-
Mencegah
pengumpulan secret oral menurunkan resiko aspirasi
-
Memobilisasi
secret untuk membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi
pernafasan.
-
Mencegah
akumuladi secret dan pelengketan mukosa tebal dari abstruksi jalan nafas
2. Diagnose II :
Kerusakan kotnunilcasi verbal berhubungan
dengan defenisi anatomi (penganglcatan batang suara) hambatan fisik (selang
terakeostomi) membutuhkan istirahat bersuara. Ditanndai dengan ketidak
mampuan berbicara dan berhubungan dengan karakteristik suara.
Tujnan : Kommnicasi
baik
HK : menyatakan kebutallan dengan Lara efektif
Intervensi : - Kaji
praoprasi mengapa bicara dan bemafas terganggu
-
Tentukan
apakah klien mengalami gangguan komunikasi lain contohnya, pendengaran,
pengelihatan literasi.
-
Atur
tanda-tanda untuk mendapatkan bantuan yang cepat
-
Berikan
pilihan cara berkomunikasi yang tepat bagi kebutuhan Mien. Misal , papan dan
pensil magnic slate.
-
Papan
alphabet/gambar bahasa isyarat
-
Berikan
waktu yang cukup untuk berkomunikasi
-
Berikan
komtmikasi non perbal, contoh sentuhan dan gerakan fisik antisipasi kebutuhan
-
Dorong
kOinunikasi terus menerus dengan dunia luar, contohnya Koran, televise, radio
kalender, jam.
-
Beritahu
kehilangan suara sementara setelah laringektomi sebagian atau tergantung pada
tersediannya alat bantu suara
-
Ingatkan
klien untuk tidak brsuara sebelum di ijinkan oleh dokter Aturan pertemuan
dengan orang lain yang mempunya pengalaman prosedur ini dengan tepat.
Rasional : - Menguatkan
pendidikan pada waktu takut terhadap pembedahan sudah berlalu
-
Adanya
masalah lain akan mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi
-
Klien
memerlukan keyakinan bahwa perawat waspada dan akan merespon terhadap
panggilan, kepergayaan dan harga diri akan diberikan bila perawat yang cukup
perhatian untuk hadir pada waktu dipanggil Mien
-
Dapat
menurunkan ansietas tentang ketidakmampuan berbicara
-
Memungkinkan
Mien untuk menyatakan kebutuhan / masalah kehilangan suara dan stress dapat
menggangu komunikasi yang menyebabkan prestasi dan ekspresi terhambat,
khususnya bila perawat terlihat terlalu sibuk dan bekerja
-
Mengkomunikasikan
masalah dengan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang lain
-
Mempertahankan
kontak dengan pola hidup normal dan melanjutkan komunikasi melalui cara lain
-
Memberikan
dorongan dan harapan dengan memikirkan arti komunikasi dan bicara yang tersedia
dan mengkin meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi disfungsi pita
pernafasan
-
Memberikan
modal peran, meningkatkan motivasi untuk memecahkan masalah dan mempelajari cam
baru untuk berkomunikasi
3.
Diagnosa III : Kerusakan iMegritas
kulit dan jaringan berhubungan dengan bedah penganglcutan/ penanaman jaringan
radiasi atau agen kemoteraphy, gangguan sirkulasi/ suplai darah.
Tujuan : Jaringan
kulit kembali normal
KH : Integrasi
kulit dan jaringan membaik
Intervensi : -
Kaji warna kulit/ suhu dan pengisian
kapiler pada area operasi dan tandur kulit
-
Pertahankan
kepala tempat tidur tinggi 30-45 derajat, awasi edema wajah ( biasanya
meningkat pada hari ketiga, kelima pasca operasi)
-
Lindungi
lembaran kulit dan jahitan dari teganggan atau tekanaa. Berikan bantal/
gulungan dan ajukan klien untuk menyokong kepala/leher selama aktivitas.
-
Awasi
drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan drein. Ukur drainase dari
hemorak ( bila digunakan)
-
Ganti
balutan sesuai indikasi bila digunakan
-
Bersihkan
insisi dengan caftan garam faal steril dan proksida
-
Awasi
donor bila tandur dilakukan, periksa balutan sesuai dengan indikasi.
Rasional : -
Kulit harus berwarna merah muda dan
mirip dengan warna Kulit sekitarnya. Lembaran tandur kulit harus merah muda/
hangat dan memutih ( bila ditekan dengan jari) dengan kembalinya warna dalam
beberapa detik.
-
Meminimalakan
kongesti jaringan pasca operasi dan endema sehubungan dengan eksisi saluran
limfa
-
Tekanan
dari selang dan plaster trakeastomi atau tegangan pada jahitan dapat menggangu
sirkulasi menyebabkan gedera jaringan.
-
Drainase
berdarah biasanya tetap sedikit setelah 24 jam pertama. Perdarahan terus
menerus atau perdarahan nyata menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian
medik.
-
Balutan
basah meningkatkan resiko kerusalcan jaringan / infeksi
-
Mencegah
pembentukan kerak yang dapat menyebabkan darinase purulen, merusak tepi kulit,
dan meningkatkan ukuran luka, proksida tidak banyak digunakan karena dapat
membakar tepi dan menggangu penyembuhan.
-
Sisi donor dapat berdekatan atau jauh dengan sisi
operasi ( contoh paha). Balutan
tekan biasanya diangkat dalam 24 jam — 48 jam dan luka di biarkan terbuka
terhadap udara untuk meningkatkan penyembuhan.
4.
Diagnose IV : - Membran mukosa oral,
perubahan dengan dehidrasi/ tak adanya masukan oral, kebersihan oral burulc/
tidak adekuat Kondisi patologi (kanker oral) trauma mekanik
- Bedah oral
Tujuan : Meningkatkan
mukosa oral
Intervensi : -
Inspeksi rongga mulut dan perhatikan
perubahan pada saliva
-
Lidah
-
Bibir
-
Gelili
dan Gusi
-
Memberan
mukosa
-
Hisapan
rongga oral secara perlalmn/ seiring biarkan bila mungkin atau menggunakan
kassa untuk mengalirkan sekresi
-
Tunjukkan
klien bagaimana mengikat bagian dalam mulut, paltanum, lidah, clan geligis
dengan sering.
-
Berikan
pelumas pada bibir, berikan irigasi oral sesuai indikasi
Rasional : -
Kerusakan pada kelenjer saliva dapat
menurunkan produksi saliva mengakibatkan mulut kering. Penumpukan kelenjar
saliva dapat terjadinya karena penurunan kemampuan menelan atau nyeri
tenggorokan Sian mulut
-
Pembedahin
meliputi reseksi persial dan lidah. Palatum lunak dan faring. Klien ini akan
mengalami penurunan kemampuan sensasi dan pergerakan lidah dengan kesulitan
menelan dan peningkatan resiko aspirasi sekresi, serta potensial hemoraghi
-
Pembedahan
dapat mengangkat bagian bibir mengakibatkan pengaliran saliva tak terkontrol.
-
Geligi
mungkin tidak utuh (pembedahan) atau mungkin kondisinya buruk karena mal
nutrisi, terapi kimia atau menyimpang. Gusi juga dapat secara pembedahan
berubah atau terinflamasi karena hygiene buruk. Riwayat lama dan
merokok/mengunyah tembakau atau terapi kimia
-
Mungkin
sangat kering , ulserasi, eritema, edema
-
Saliva
mengandung enzim pencernaan yang bersifat erosif pada jaringan terpanjang
karena pengaliran mungkin konstan. Klien dapat meningkatkan sendiri dan
meningkatkan hieginie oral.
-
Menurunkan
bakteri dan resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan jaringan dan kenyamanan
-
Mengatasi
efek kekeringan dari tindakan terapeutik menghilangkan sifat erosive dari
sekresi.
5.
Diagnose V : Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan tindakan berhubungan
dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi informasi, kurang
mengingat asmilasi materi yang diberikan buruk, kurang tertarik pada buruk.
Tujuan : Klien
dapat memahami headaanpenyaitit
KH : Klien dapat mengetahui penyakitnya
Intervensi
: - Tegaskan jumlah
persiapan persiapan pengoperasian dan rentensi informasi, kaji tingkat ansietas
sehubungan dengan diagnose dan pembedahan
-
Berikan
penjelasan ulang pada tingkat penerimaan klien. Diskusikan ketidakakuratan
dalam persepsi tentang proses penyakit dan terapi bersama klien dan orang
terdekat Berikan petunjuk tertulis kepada klien/orang terdekat untuk dibaca,
dan tersedia sebagai referensi salanjutnya.
-
Ajari
klien dan orang terdekat Mien tentang informasi dasar dengan stoma, contoh:
v
Mandi di
bak bukan di pancuran ( pada awal bersampo dengan menunduk kedepan), tak
berenang atau olahraga air.
v
Tutup
stoma dengan sleyer serat alami seperti : katun atau sutra
v
Tutup
setoma ketika batuk dan bersin
-
Kuatkan
untuk tidak merokok
-
Diskusikan
pentingnya pelaporan pada perawat/dokter dengan cepat seperti gejala
penyempitan stoma, adanya benjolan pada tenggorokan, disfagia dan perdarahan
-
Kembangkan
arti komunikasi darurat di rumah
Rasional : -
Informasi dapat menunjukkan tentang
reaksi Mien pasca operasi Ansietes dapat mempengaruhi informasi pemahaman yang
diberikan sebelum operasi
-
Terdapat
stressor yang berlebihan dan mungkin kurang disertai pengetahuan terbatas.
Salah konsep terkadang tak dapat dihindari namun ketidakberhasilan untuk menggali
dan memperbaikinya dapat mengakibatkan kegagalan Mien mencapai kemajuan
kesehatan
-
Penguatan
informasi yang benar dan dapat digunakan sebagai refrensi di
-
Mencegah
air masuk ke jalur nafas/stoma
-
Mencegah
deton dan partikel terhisap
-
Jalan
nafas normal terlalui dan lendir akan keluar dan stomata Paht mempertahankan
fungsi paru dengan catatan pasien dapat memerlubm dukungan ekstra dan dorongan
untuk memahami bahwa kualitas hidup dapat diperbaiki dengan menghentikan
merokok
-
Mungkin
tanda stenosiss trakea, berulangnya kanker atau erosi karotis
-
Memungkinkan
pasien untuk memanggil bantuan bila perlukan
-
Memberikan
perawatan tutup bila pasien menjadi tidak sadar atau menderita henti jantung
paru.
2.3.
Implementasi
(Pelaksanaan)
Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal.
(Nasrul Effendi, 1995, Pengantar Proses
Keperawatan, EGC, Jakarta0
2.4.
Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik
dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Nasrul Efendi, Pengantar proses keperawatan EGC, Jakarta ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar